Selasa, 14 April 2015

tentang kehilangan, (mbak) sang procrastinator dan cerita lainnya

Nah ini dieee... gue lama ga update blog gegara satu hal penting; lupa password. Mak lampir!! sunguh lupa samsek. Manalah akun pemulihannya pake nomor hp yang udah tewas bulan lalu. Jadi ya begitulah, gue harus semedi tiga hari empat malam plus makan tiga kali dan coffee break dua kali sehari dalam usaha mengingat-ingat password blog ini. Maapkeun para pembaca yang budiman  telah lama menunggu terbitnya blog stensilan ini.

Eniwey, bulan lalu beberapa hal terjadi.
My grand father passed away five days before his 85th birthday. It's a predictable devastation, in my word. Since months ago he was suffered from stroke and regularly visiting hospital ever since. His life willing were drastically drained. And now i even can't write any proper word because tears are falling apart. I love him, and I pray for him, may the best afterlife joy and indulgence come upon you.  I'll share  the details, later.

Hal lain, seperti biasanya terjadi kericuhan dalam pembuatan SPT tahunan yang ampun dijah sampai detik terahir baru beres lapor. Gw beneran jadi pelapor terakhir di kantor pajak tanggal 31 Maret kemarin. Tadinya sih mau e-filling aja, apa daya sepertinya server di kantor terlalu lemah untuk  menerobos masuk ke website pajak yang juga hari itu diserbu para procrastinator seluruh Indonesia. Akhirnya gw bedol desa bawa sisa SPT yang belum sempat masuk ke kantor pajak terdekat. Alhamdulillah pelayanan di kantor pajak ini sangat menyenangkan. Nggak seperti kantor pajak yang itu tuuuh yang deket mal jualan HP ituu, yang udah mirip hajatan tiap tahun pasang tenda biru, dan dilayani oleh petugas yang judesnya nggak ketulungan.

Di kantor pajak ini, pelayanannya amboi sungguh baik. Gue ditanya dari sejak masuk ada keperluan apa sama pegawainya, dikasih petunjuk yang jelas sejelas jelasnya kalau mau A ke counter B, kalau mau C ke counter D. Antriannya juga nggak sebarbar KPP sebelah. Semua orang duduk manis di kursi tunggu, nggak bergerombol rebutan formulir macam ibu-ibu antri sembako murah pas mau lebaran. Bonusnya, petugas yang melayani e-filling masih pada kinyis-kinyis, banyak senyum, daaan gongnya adalah gw sepanjang transaksi e-filling dipanggil "mbak" oleh petugasnya. Ooh mbak petugas pajak yang imut, you really made my day, *langsung balik berendam lagi di mata air keabadian*

Highlight lainnya, pengasuh Tipo yang lama resign. Hiks... gue-sedih-banget-banget-banget. Soalnya bibi ini baiik banget sama keluarga gue dan terutama Tipo. Pokoknya di tangan dia, Tipo bisa ditaklukkan. Mau mandi gak pake lama, mau makan ga pake sedikit, mau bobo siang nggak pake rewel, wangi dan terurus deh pokoknya. Kalau gue lagi kepepet dan nggak sempat masak makanan Tipo, bibi mau masakin makanan sesuai rekues .

Satu-satunya minus adalah dia nggak mau datang ke rumah. Jadi selama ini Tipo yang pulang pergi diantar jemput ke rumahnya tiap senin-jumat. Dulu sih pertimbangan bakal cuma sebulan atau dua bulan sambil mencari pengasuh yang mau tinggal di rumah. Eh keterusan aja sampai 10 bulan. Bulan lalu kita pisah baik-baik (emangnya pacaran?), karena anaknya mulai kerja lagi dan cucunya nggak ada yang jaga. Sempat deg-degan karena sampai batas hari terakhir bibi kerja belum ada penggantinya. Udah nyaris putus asa di hari Minggu terakhir,  dan sepakat sama suami membuat keputusan untuk mengungsikan Tipo ke rumah nenek dulu.  Alhamdulillah, magrib-magrib datanglah sang pengasuh baru ke rumah. Pengasuhnya masih tetangga sekitar bibi. Tadinya si pengasuh pengen pulang nggak terlalu sore, yang mana susah laaaah... mana bisa gue sampai rumah jam 3 sore? Paling cepat jam setengah 5 atau jam 5 sampai ke rumah, dengan catatan nggak hujan/banjir/macet. Akhirnya deal dengan jam kerja 7-17.

Suami dan gw sengaja nggak mencari ART/pengasuh yang tinggal di rumah, dengan berbagai pertimbangan. Terutama karena dulu sempat ada ART yang tinggal di rumah, tapi kerjanya cuma pacaran sama izin nginep di rumah teman terus. Capek gue, niatnya pengen ada yang bantuin mengurus bayi, yang ada gue berasa mengurus anak bayi DAN anak ABG. Privasi *ehem* juga menjadi pertimbangan, gue masih berasa risih kalau ada orang lain di rumah. Nggak enak rasanya kegep lagi garuk-garuk bokong sambil makan sate padang, ya kan? Ya kan?
Satu cerita tentang privasi dan ART versi teman gue yang punya pengalaman dilihatin dari ujung kepala sampai ujung kaki pas keluar dari kamar mandi oleh ARTnya. Apa yang salah dari keluar kamar mandi sampai harus discan bolak-balik begitu? Nggak ada yang salah sih. Cuma waktu itu teman gue mandi jam 3 pagi setelah "lembur". Apa yang salah dengan mandi jam 3 pagi setelah "lembur"? Nggak ada yang salah sih. Cuma teman gue aja jadi salah tingkah diperhatikan ARTnya. Apa yang salah dengan pengalaman teman gue ini? Nggak ada sih. Cuma gue kok jadi canggung menceritakan kembali kisah ini. Padahal aslinya teman gue ini heboh bener mendongeng sampai kita semua ketawa ngakak sambil nangis.

Mulai bulan ini semua staf di kantor diwajibkan membuat log book pekerjaan harian yang bisa diakses real time sama bos besar. Makdarit, waktu leha-leha gue di kantor semakin berkurang. Kalau kemarin-kemarin gue bisa pura-pura kerja ngetak-ngetik ini itu padahal browsing dan blogging, sekarang gue harus menyesuaikan pencitraan dengan laporan. *haish*

Apalagi ya, lupa nih.
Nanti deh gue sambung lagi kalau inget. Ciao by now.